Sebenarnya banyak anak-anak yang tidak bodoh. Mereka cerdas sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kalau ada orang yang mengatakan bahwa anak tersebut tidak pandai, mungkin dia melihat hanya dari satu sisi saja. Orang pandai tidak hanya lugas dalam ilmu pengetahuan. Ia juga cekatan dalam berinteraksi dengan manusia dan lingkungan. Banyak ukuran untuk mendeteksi bahwa seseorang dapat dikatakan pandai.
Justru yang sering terjadi, kita tidak menyediakan cukup lahan untuk anak-anak dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing. Selain itu, banyak orang tua dan guru tidak mampu menyembuhkan kala anak menghadapi kesulitan belajar. Situasi ini akan menambah rentetan pengkatagorian anak tidak pandai. Mestinya sebagai orang tua, khususnya guru mampu mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi oleh anak.
Berikut ini ada beberapa kesulitan belajar yang biasa anak-anak hadapi.
Faktor fisiologis yang melekat dalam diri anak. Penyebab ini dapat diatasi dengan bantuan seorang dokter sesuai dengan kondisi anak. Mayoritas kesulitan belajar adalah seorang siswa dalam hal penglihatan. Kasus ini dianggap sepele baik oleh orang tua maupun guru. Karena menganggap bahwa kalau anak dapat melihat, berarti anak tersebut dapat melihat media belajar. Anggapan ini salah. Media belajar dapat berbentuk tulisan, gambar, video yang memerlukan perhatian. Bagaimana ia dapat menguasai materi pelajaran kalau melihat saja tidak jelas.
Penyebab yang kedua sosial kemasyarakatan. Anak yang pandai bergaul di rumah dan lingkungannya, biasanya akan mudah diterima oleh teman-teman di kelas atau sekolah. Namun tidak berlaku semua. Ada kasus tertentu, kadang malah tidak dapat menyesuaikan diri di lingkungan kelas. Ini disebabkan kenyamanan siswa yang bersangkutan. Orang tua dan guru harus paham terhadap siatuasi seperti ini. Jalan yang dapat ditempuh dengan menukar teman sebangku yang dibuat secara acak dan dilakukan secara terus menerus. Sehingga ada kemungkinan seorang anak merasakan karakter teman-teman sekelas. Sehingga faktor kenyaman seorang anak bisa dibangkitkan. Anak akan merasakan secara nyata bahwa sifat orang memang berbeda-beda.
Faktor klasik yang masih mengganjal dalam setiap persoalan adalah ekonomi. Rejeki sudah diatur oleh yang di atas. Kaya dan miskin itu memang pilihan. Kalau pingin kaya, usahanya pasti harus lebih. Yang sulit itu adalah merasa cukup. Banyak keluarga yang memiliki materi lebih oleh pandangan masyarakat, tapi yang bersangkutan masih dirasa kurang. Sebaliknya ada keluarga yang secara ekonomi pas-pasan, malah merasa cukup.
Secara umum dana untuk pendidikan, masih belum menjadi skala prioritas bagi kebanyakan keluarga di lingkungan kita. Mereka masih menomor satukan memiliki barang-barang konsumtif bila dibandingkan dengan investasi masa depan seperti pendidikan. Inilah yang menjadi pemicu adanya hambatan dalam belajar. Anak-anak menjadi enggan untuk berkembang karena sumber belajar menjadi terbatas.